ANALISIS PEDIGREE TULI-BISU

DISUSUN OLEH :
Haidar
Nasir (151 141 2125)
Chiko
P. Yahya (171 141 2070)
Elli (150 140 2017)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menganalisis pedigree kelainanan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Palopo, 27 Mei 2018
Peyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mengetahui sifat gen atau ciri-ciri sifat spesifik dalam
keluarga dapat menggunakan analisa pedigree. Sebuah silsilah (pedigree) adalah
daftar sistematik (baik berupa kata-kata maupun simbol) nenek tertentu, atau
bisa juga merupakan “pohon keluarga” bagi banyak individu. Biasanya perempuan
atau betina disimbolkan dengan lingkaran, sedangkan laki-laki atau jantan
dengan simbol kotak. Perkawinan ditunjukan dengan garis horizontal antara dua
individu.
Keturunan dari sebuah
perkawinan dihubungkan dengan garis vertikal ke garis perkawinan.
Arsiran atau warna berbeda yang diberikan bagi simbol-simbol dapat melambangkan
berbagai fenotip setiap generasi didaftarkan pada garis terpisah yang dinomori
dengan angka romawi. Analisis silsilah digunakan sebagai ganti
penelitian-penelitian penangkaran (breeding studies), terutama pada manusia,
sebab tak mungkin melakukan perkawinan eksperimental. Silsilah dapat membantu
menentukan dasar genetik dari suatu sifat atau
penyakit tertentu.
B. Rumusan Masalah
Adapun
masalah-masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:
1.
Apa pengertian dan kegunaan dari analisis pedigree ?
2.
Apakah hasil observasi merupakan Autosom Dominan
atau Autosom resesif?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini, yaitu :
1.
Untuk mengetahui apa itu analisis pedigree
2.
Untuk mengetahui kelainan pada hasil observasi
adalah keturunan atau tidak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Pedigree
Berdasarkan
kamus, pedigree artinya silsilah atau
asal-usul. Sedangkan analysis berarti
pemeriksaan yang teliti. Jadi kalau diartikan secara harfiah (kata demi kata), pedigree analysis berarti pemeriksaan
yang teliti terhadap silsilah atau asal usul. Sebuah pedigree umumnya dibuat
untuk keluarga, dan menguraikan pola warisan dari gangguan genetik.
Beberapa
Kegunaan Pedigree Analysis
1.
Untuk mengetahui bagaimana timbulnya suatu penyakit
Kadang-kadang,
bila ditelaah lebih lanjut beberapa jenis penyakit atau kelainan akan
menunjukkan adanya kejadian berulang yang dialami oleh lebih dari satu orang
yang masih memiliki hubungan saudara satu sama lain. Berdasarkan pola yang
ditunjukkan dari catatan silsilah keluarga (bagan riwayat keluarga/family
tree), kita dapat memperkirakan sifat suatu penyakit. apakah penyakit tersebut
bersifat diturunkan dari orang tua atau tidak diturunkan. Salah satu contohnya
adalah hemofilia. Pada awalnya, tidak diketahui bahwa hemofilia adalah kelainan
yang dapat diturunkan. Setelah para ahli melakukan analisis terhadap silsilah
keluarga Ratu Victoria, maka jelas terlihat bahwa hemofilia adalah kelainan
yang dapat diturunkan.
2.
Untuk Mengetahui Mekanisme atau Pola Penurunan
Penyakit.
Dari pola
yang tampak dalam bagan riwayat keluarga dapat kita lihat pula mekanisme
penurunan suatu penyakit. Contoh: hemofilia adalah penyakit yang diturunkan
melalui kromosom X.
3.
Untuk Memperkirakan Penetrance.
Penetrance
adalah perkiraan berapa banyak penyakit tersebut akan timbul atau terjadi pada
seseorang dengan kondisi gen tertentu.
4.
Untuk Memperkirakan Expressivity.
Expressivity
adalah derajat beratnya manifestasi klinis suatu penyakit pada kondisi gen
tertentu.
5.
Sebagai Dasar Dari Konseling Genetis.
Selain lima
kegunaan tersebut, sebenarnya masih banyak lagi fungsi pedigree analysis
seperti memperkirakan kebutuhan biaya pengobatan dalam suatu populasi
masyarakat, kebutuhan sarana dan prasarana.

Simbol yang biasanya digunakan dalam menggambar
silsilah keluarga
Pada genetika manusia,
apabila dijumpai suatu kasus yang dicurigai sebagai kasus pewarisan secara
genetis, maka kasus tersebut dapat dipelajari dengan menelusuri silsilah dari
pembawa kasus tersebut. Misalnya suatu ketika dijumpai kasus anak yang albino
dalam suatu perkawinan antara ayah normal dengan ibu yang normal, maka asal-usul
kelainan genetis ini dapat ditemukan dengan menelusuri silsilah keluarganya.
Metode untuk menelusuri silsilah ke atas guna mendapatkan informasi genetik
yang jelas disebut sebagai analisis silsilah atau pedigree analysis, sedang individu yang mula-mula dijumpai atau
dicurigai memiliki kelainan genetik disebut sebagai propositus. Dengan
melakukan analisis silsilah, maka kadang-kadang dapat dibuktikan apakah suatu
kejadian merupakan suatu kasus pewarisan genetik ataukah sekedar kasus
kebetulan saja. Kebanyakan analisis silsilah digunkan untuk mempelajari
karakter yang ditentukan oleh sepasang gen. Melalui analisis silsilah maka
dapat menurunkan pola penurunan suatu sifat (Hardjosubroto, 2001).
Salah satu penerapan penting
dari silsilah adalah membantu menghitung probabilitas seseorang anak yang memiliki
genotip dan fenotip tertentu. Silsilah merupakan hal yang lebih serius ketika
alel-alel yang dipertanyakan menyebabkan penyakit yang melumpuhkan atau
mematikan, bukan hanya sekedar variasi manusia yang tidak berbahaya seperti
garis rambut atau konfigurasi lobus telinga. Akan tetapi untuk kelainan yang
diwariskan sebagai sifat mendelian sederhana berlaku teknik yang sama untuk
analisis silsilah. (Campbell dkk, 2008)
Kromosom tubuh adalah
kromosom yang tidak berperan dalam menentukan jenis kelamin. Tubuh manusia
memiliki 46 kromosom atau 23 pasang, sebanyak 22 pasang kromosom atau 44 buah
kromosom disebut autosom (disimbolkan A). Jumlah autosom sama untuk sel tubuh
jantan dan betina. Autosom terbagi menjadi 2 yaitu:
1.
Autosom Dominan
Kriteria penurunan autosom
dominan adalah sifat/trait heterozigot muncul pada setiap generasi tanpa
selang, sifat/trait diwariskan oleh penderita ke setangah jumlah anak, bukan
penderita (normal) tidak mewariskan sifat/trait kepada anaknya dan pewarisan
sifat/trait tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, jadi penderita laki-laki dan
perempuan sama banyaknya (50% : 50%). Kelainan dalam penurunan autosom dominan
adalah Phenyclcarbamida (PTC), Dentinogenesis Imperfekta, Achondroplasia dan
Polidaktili.
2.
Autosom Resesif
Suatu sifat/trait yang
diwariskan sebagai autosom resesif hanya berekspresi dalam genotipe homozigot
resesif. Kriteria penurunan autosom resesif kedua orang tuanya normal,
rata-rata seperempat dari keturunan sebagai penderita, kedua orang tuanya
mungkin mempunyai hubungan darah (saudara sepupu) dan penderita pada laki-laki
dan perempuan sama banyak. Kelainan dalam penurunan autosom resesif adalah
Albinisme, Phenylketonuria, Bisu tuli, Alkaptonuria, dan Kretinisme
a.
Albinisme
Contoh: AA dan Aa berkulit normal (ada pigmentasi)
dan aa albino.
b.
Phenylketonuria (PKU)
Mengalami kelainan
metabolisme asam amino phenylalanine, karena tidak adanya enzim phenylalanine
hidroksilase yang merubah phenylalanine menjadi tyrosine, mentak reterded.
Contoh: PP dan Pp normal, pp menderita PKU.
c.
Bisu-Tuli
Disebabkan karena adanya gen
resesif dd dan ee. Contoh: Ddee/Ddee dan ddEE/ddEe menderita bisu tuli dan DDEE
atau DdEe normal.
d.
Alkaptonuria
Yang mengemukakan perta,a
kali adalah Garrod (1902). Tidak mempunyai enzim homogentisin oksidase yang
akan mengubah asam homogentisin (alkapton) menjadi asam maleyl asetoasetat
sampai menjadi H20 dan CO2. Alkapton keluar bersama urin berwarna coklat tua
sampai hitam. Contoh: AA dan Aa normal dan aa menderita alkaptonuria
B. Hasil Pengamatan
Sample yang
kami gunakan adalah seorang anak yang menderita bisu-tuli sejak lahir (bagan
terlampir).

Awal Syaputra (penderita tuli-bisu)
Terjadi
pada sebuah keluarga dimana salah satu anaknya menderita kelainan Bisu Tuli.
Setelah dilakukan pendataan pada 3 generasi dalam keluarga tersebut, dari pihak
ibu tidak memiliki gen Bisu tuli akan tetapi ditemukan kelainan pada keturunan
pihak ayah, dimana ditemukan salah anggota keluarga yang lain mengalami hal
yang serupa. Akan tetapi, anggota keluarga tersebut berbeda generasi atau
generasi silang. Namun kami tidak bisa mendapatkan data generai-generasi
tersebut karena pihak keluarga sudah lama meninggal. Sehingga, mengakibatkan
kurang validnya data yang kami dapatkan.
C. Pembahasan
Penyakit
keturunan tak cuma diwarisi oleh anak saja, melainkan oleh cucu atau bahkan
cicit. Sebagai gambaran, Kakek si A mengalami bisu-tuli. Namun, ibu si A
ternyata tidak mewarisi penyakit ini dari kakek. Justru si A sebagai cuculah
yang akhirnya kena penyakit asma. Ini berarti penyakit tersebut melompati
generasi kedua, yaitu ibu si A, dan langsung ke generasi ketiga, yaitu si A
sendiri.
Suatu
sifat/trait yang diwariskan sebagai autosom resesif hanya berekspresi dalam
genotipe homozigot resesif. Kriteria penurunan autosom resesif kedua orang
tuanya normal, rata-rata seperempat dari keturunan sebagai penderita, kedua
orang tuanya mungkin mempunyai hubungan darah (saudara sepupu) dan penderita
pada laki-laki dan perempuan sama banyak. Kelainan dalam penurunan autosom
resesif adalah Albinisme, Phenylketonuria, Bisu tuli, Alkaptonuria, dan
Kretinisme.
Bisu tuli (
tidak bisa mendengar dan berbicara) merupakan sebuah kelainan namun tidak
membahayakan. Penyakit ini ada karena penurunan sifat genetik dari orang tua ke
anak, yang ikut berperan dalam penurunan sifat yaitu Gen Kromosom dan DNA. Penyebab
dari kelainan ini adalah adanya gen resesif dd atau ee pada autosom.Gen pada
penderita bisu tuli adalah DDee, Ddee, ddEE, atau ddEe. Sedangkan pada orang
normal, gen yang dimiliki adalah DDEE atau DdEe.

Contoh bagan
resesif autosom.
Hal yang terjadi pada Awal
Syaputra (penderita tuli-bisu) merupakan
pewarisan gen secara autosom resesif, sebab gen tersebut tidak menurun pada
setiap generasi dalam keluarganya tetapi pada generasi sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Secara harfiah (kata demi kata), pedigree analysis berarti pemeriksaan
yang teliti terhadap silsilah atau asal usul. Sebuah pedigree umumnya dibuat
untuk keluarga, dan menguraikan pola warisan dari gangguan genetik.
2.
Materi genetik sangat berperan dalam menurunkan
suatu sifat atau karakter dari kedua orang tua. Penurunan sifat ini dapat
terangkai pada kromosom autosom baik bersifat dominan maupun resesif. Penurunan
sifat yang terangkai pada kromosom dominan, disebut juga sebagai penurunan sifat
tanpa selang generasi karena sifat muncul pada setiap generasi, dan pada
kromosom resesif tidak selalu muncul pada setiap generasi (ada selang
generasi). Pada skenario dimana orang tua yang normal memiliki anak bisu tuli dan normal, terjadi karena pasangan
suami istri tersebut memiliki gen yang mengandung sifat heterozigot dimana
kedua orang tua kelihatan normal tetapi sebenarnya membawa gen yang dapat
menyebabkan anak mereka menjadi bisu tuli hal ini biasa disebut dengan carrier,
oleh karena itu dari kedua oorang tua yang kelihatann normal jika genoyippe
yang bersifat heterozigot akan menimbulkan kemungkinan anak mereka 25%
mengalami bisu tuli.
B. Saran
Diharapkan jika melakukan
observasi selanjutnya mampu mengumpulkan data yang lengkap sehingga hasilnya
pun jelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell.N.A..J. B. Reece, and L.A.Urry. 2008.
BIOLOGI Edisi Kedelapan jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Clara, dea
lucky. 2017. Jurnal Pengaruh terangkai
kromosom pada penderita bisu tuli. Jakarta.
Hardjosubroto, Wartomo. 2001. Genetika Hewan. Yogyakarta: Fakultas Peternakan UGM
Tahapary,
Jean Viona. 2017. Kelainan Genetik Pada
Autosomal Resesif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar